Mediaupdate.id – banjir rob yang terjadi nyaris setiap hari. Ironisnya, kondisi ini terjadi di tengah pesatnya pembangunan kawasan elit Pantai Indah Kapuk yang berada tepat di sisi permukiman padat tersebut. Di wilayah seluas 14,5 hektare itu, ribuan rumah warga terus terendam gelombang pasang yang kini semakin parah dalam beberapa bulan terakhir.
Kampung yang dihuni tiga RW—01, 02, dan 03—terdiri dari sekitar 1.000 bangunan, sebagian semi permanen. Untuk bertahan, warga meninggikan bagian depan rumah menggunakan semen agar air laut tidak langsung masuk. Namun upaya itu tidak cukup. Ketua RW 03, Jamal, mengatakan rob datang hampir setiap hari dalam tiga bulan terakhir, dengan ketinggian mencapai 30–50 sentimeter dan menggenangi kawasan hingga dua kilometer dari Jembatan Cinta.
Rob kerap datang mendadak, terutama pada malam hari. Warga seperti Kasturi harus mengungsikan anaknya karena takut air masuk dalam volume besar tanpa peringatan. Ia mengaku kelelahan karena setiap hari harus mengeruk lumpur sisa banjir. Banyak rumah di kampung itu kini hancur dan ditinggalkan pemiliknya karena tak lagi layak dihuni akibat terjangan air laut.
Warga lain, Siswanto, menyebut situasi semakin buruk ketika air pasang bertemu kiriman air dari Bandara Soekarno-Hatta. Rumah-rumah yang belum ditinggikan terendam sepaha orang dewasa. Aktivitas warga pun terganggu, termasuk ketika berangkat kerja yang harus ditempuh dengan berjalan menembus banjir menuju jalan besar.
Memburuknya rob juga dikaitkan dengan aktivitas reklamasi di sekitar pesisir. Sekjen KIARA, Susan Herawati, menjelaskan perubahan arus laut akibat penimbunan tanah membuat air tidak lagi mengalir ke empang dan mangrove, melainkan langsung ke permukiman. Kasus di Kampung Dadap disebut serupa dengan Desa Timbulsloko di Demak yang tenggelam akibat proyek reklamasi dan perubahan arus laut.
Selain reklamasi, penurunan tanah juga menjadi faktor besar. Peneliti BRIN Budi Heru Santosa menjelaskan tanah aluvial di pesisir sangat rentan turun akibat beban bangunan dan pengambilan air tanah. Penurunan 10 cm per tahun membuat daratan lebih rendah dari permukaan laut dan menyebabkan tanggul cepat kehilangan fungsi.
Tanggul laut yang dibangun pada 2024 bahkan tak lagi efektif karena ikut “turun” mengikuti penurunan tanah. BRIN menyarankan pembangunan sistem polder terpadu lengkap dengan kolam retensi dan pompa air, serta memperkuat pendekatan alami seperti penanaman mangrove untuk meredam gelombang.
Pemerintah daerah menyebut sejumlah langkah telah disiapkan. Wakil Bupati Tangerang Intan Nurul Hikmah mengatakan anggaran 2025 digunakan untuk pembangunan pintu air di Perumahan Duta Bandara, disusul pembangunan stasiun pompa banjir dan normalisasi kolam retensi pada 2026. Pemerintah juga melakukan pengerukan drainase dan berkoordinasi dengan Kementerian PUPR terkait penanganan tanggul laut.
Meski berbagai rencana telah disusun, warga Kampung Dadap berharap langkah konkret dan cepat dapat dilakukan sebelum kampung mereka benar-benar tenggelam.






