Mediaupdate.id – Rencana penutupan pintu sisi selatan Stasiun Bekasi pada 28 November menuai penolakan dari para pengguna KRL dan warga sekitar. Meski kebijakan tersebut telah ditunda, banyak penumpang meminta agar penutupan tidak sekadar ditunda, tetapi dibatalkan sepenuhnya karena dianggap merugikan banyak pihak. Warga menilai pemerintah tidak melakukan kajian yang matang sebelum mengumumkan rencana tersebut.

Salah satu pengguna KRL, Rahman (41), mengaku khawatir bila penutupan tetap dilaksanakan ke depannya. Ia menyebut akses pintu selatan merupakan jalur penting bagi penumpang maupun warga yang mencari nafkah di sekitar stasiun. Menurutnya, langkah pemerintah seharusnya berfokus pada penertiban angkot dan ojek yang ngetem sembarangan, bukan menutup akses bagi penumpang.

Penolakan juga datang dari kalangan pengemudi ojek online. Asmawi (35), salah satu pengojek yang sering mengantar penumpang ke stasiun, mengatakan penutupan justru akan memperparah kemacetan. Ia menyebut akses Jalan Perjuangan yang dijadikan alternatif terlalu sempit dan sudah padat setiap hari. Menurutnya, keputusan sepihak tanpa mempertimbangkan kondisi lapangan akan menyulitkan banyak pekerja.

Sementara itu, warga lain bernama Risna (21) meminta pemerintah mendengarkan suara masyarakat sebelum membuat kebijakan serupa. Ia menilai kemacetan di sekitar stasiun bukan semata karena akses terbuka, melainkan jumlah kendaraan dan aktivitas penyeberangan yang tidak tertata. Risna bahkan mengusulkan pembangunan jembatan penyeberangan langsung ke lantai atas stasiun sebagai solusi jangka panjang tanpa menutup pintu Juanda.

Warga berharap Pemkot Bekasi melakukan evaluasi menyeluruh sebelum kembali menghidupkan wacana penutupan. Mereka meminta pemerintah mencari solusi yang tidak mengorbankan mobilitas penumpang KRL dan aktivitas ekonomi di sekitar stasiun. Hingga kini, pemerintah belum memberikan jadwal baru terkait rencana penutupan tersebut.